Abad
20 menelan ranahku, ditumbuhi persaingan kelabu dan individualisme berbiak
bak jamur dimusim hujan.Kemana
pemuda-pemudiku hari ini? Mereka hilang seperti ditelan bumi.Balai-balai dan
Medan Nan bapanehku sepi tanpa muda-mudiku sendiri.Tidak ada hiasan, hiburan,
canda tawa ranahku hari ini ataupun esok hari, mereka diam, membisu, tanpa
suara dan tak tahu pasti, ranahku telah mati...
Permainan
anak nagari, khas dunia kami* (Sumatera Barat), Randai, Silat, Saluang, mulai
tergopoh-gopoh melangkah demi masa, lapuk dimakan zaman tertindih hiburan
modren yang asli dari kami tidak sanggup bertahan lagi.
Dengar
Rintih nenek moyang kita, dengar jerit mereka di alam barzakh.Mereka meratap
bukan karena mereka bahagia pada perubahan ranah hari ini, bahkan tulang
belulang mereka luluh oleh ranahnya yang tlah porak-poranda.
Andai
kata ia bangkit ke dunia ini, ia akan menghambur-hamburkan patas ranahnya yang
tak mengingat peninggalan mereka.Hingga mereka mampu membangunkan dari tidur
panjang sepanjang abad ini.Dan akankah kita biarkan anak cucu(generasi
terdepan) di masa akan datang tidak tahu akan lembar sejarah masa lalu petuah
terdahulu mereka?bepiyamsarni@gmail.combepiyamsarni@gmail.combepiyamsarni@gmail.com