Senin, 04 Maret 2013

RANAHKU MERANA

Abad 20 menelan ranahku, ditumbuhi persaingan kelabu dan individualisme berbiak bak  jamur dimusim hujan.Kemana pemuda-pemudiku hari ini? Mereka hilang seperti ditelan bumi.Balai-balai dan Medan Nan bapanehku sepi tanpa muda-mudiku sendiri.Tidak ada hiasan, hiburan, canda tawa ranahku hari ini ataupun esok hari, mereka diam, membisu, tanpa suara dan tak tahu pasti, ranahku telah mati...
Permainan anak nagari, khas dunia kami* (Sumatera Barat), Randai, Silat, Saluang, mulai tergopoh-gopoh melangkah demi masa, lapuk dimakan zaman tertindih hiburan modren yang asli dari kami tidak sanggup bertahan lagi.
Dengar Rintih nenek moyang kita, dengar jerit mereka di alam barzakh.Mereka meratap bukan karena mereka bahagia pada perubahan ranah hari ini, bahkan tulang belulang mereka luluh oleh ranahnya yang tlah porak-poranda.
Andai kata ia bangkit ke dunia ini, ia akan menghambur-hamburkan patas ranahnya yang tak mengingat peninggalan mereka.Hingga mereka mampu membangunkan dari tidur panjang sepanjang abad ini.Dan akankah kita biarkan anak cucu(generasi terdepan) di masa akan datang tidak tahu akan lembar sejarah masa lalu petuah terdahulu mereka?bepiyamsarni@gmail.combepiyamsarni@gmail.combepiyamsarni@gmail.com